cerita sebelumnya
Mukimuki sedang berpikir bagaimana cara memasuki gua tersebut tanpa membangunkan ular belang tersebut. Tiba tiba dia menyadari bahwa Lupalupa biarpun pelupa nya dia punya bakat yang mampu membuat orang terkagum kagum.
Mukimuki : Lupa, apakah kau membawa seruling mu?
Lupalupa : ya aku selalu membawanya, ini adalah hadiah terakhir dari kakekku sebelum dia meninggal, kenapa memangnya?
Gorigori : apa kau akan memukul ular itu sampe pingsan Muki?
Mukimuki : tentu saja tidak, Lupa akan memainkan sebuah lagu dengan seruling itu, dengan demikian semoga saja si ular menikmati dan terlelap tidurnya, baru lah kita mengendap endap melompati badannya yang menghalangi pintu gua tersebut.
Lupalupa : bagaimana jika dia terbangun? Dan menggigitku? (ketakutan)
Gorigori : ya itu sudah nasibmu, he he he...
Lupalupa : sialan kau, Gori.
Mukimuki : sudah kau coba dulu saja lah.
Akhirnya Lupalupa memainkan serulingnya, nadanya mengalun begitu lembut dan damai. Landak Gorigori pun hampir tertidur jika Gorigori tak menyenggol badannya, alhasil kaki Gorigori sedikit tertusuk durinya. Terbukti alunan seruling Lupalupa memang hebat, tak lama si ular belang pun lebih melingkarkan badannya lagi dengan posisi kepala di dalam. Mukimuki dan kawan kawannya kemudian mengendap endap sambil melompati badan si ular belang sambil berhati hati. Mukimuki masuk lebih dulu, diikuti oleh Gorigori, terakhir Lupalupa. Tapi dasar pelupa, tiba tiba saja Lupa menghentikan tiupan serulingnya dengan mendadak diikuti bunyi melengking kencang dari serulingnya.
“Ngiiiiik”
Tiba tiba saja, si ular belang terbangun kaget, dan menyadari ada yang masuk ke gua tersebut. Dia langsung mendesis keras ke arah Mukimuki, memamerkan taringnya yang nampak beracun.
Belang : SSSSTTTTT !!! SIAPA KALIAN !!! APA YANG KALIAN LAKUKAN DI SINI !!!
Gorigori : kenapa kau tiba tiba berhenti Lupa?
Lupalupa : aku lupa nada selanjutnya, maaf teman
Gorigori : dasar bodoh kau, lihat yang kau lakukan !
Mukimuki : sudah sudah, ayo kita lari saja, hitungan ke 3, mulai 1...2...3... LARI..... !!!!!
Belang : awas, akan kukejar kalian, aku tahu semua lorong di gua ini.
Mukimuki dan kawan kawan berlari menjauh, sementara itu si ular belang mengikuti dengan lincah. Tibalah mereka di lorong yang menuju 3 arah.
Mukimuki : berpencar teman teman, bingungkan dia.
Mukimuki mengambil lorong paling kanan, Gorigori lorong tengah dan Lupalupa lorong paling kiri. Ternyata si ular cerdik.
Belang : oooh, mereka hendak mengecohku rupanya, dasar bodoh, sudah pasti aku akan mengikuti si gendut yang membawa landak itu, dia yang paling lamban diantara mereka.
Si ular belang mengikuti Gorigori yang mengambil arah lorong tengah.
Belang : Ssssttt, mau kemana kau gendut. Akan kugigit kau.
Gorigori : Hiiiii, jangan gigit akuuuu...
Ular tersebut, membuka mulutnya dan menyerang Gorigori. Gorigori ketakutan dia malah menyodorkan landaknya ke arah si ular belang yang akan menyerangnya.
Belang : Aahhhkkk ... !!! Apa ini !!! Wuaaaa !!! Sialan !!! Sakiiiiit !!!
Ternyata ular belang tersebut malah mengigit landak Gorigori, dan landak tersebut menegakkan durinya seketika, alhasil ular belang tersebut tertusuk duri duri landak. Gorigori yang tak menyadari hal itu, tetap meringkuk ketakutan. Sementara si ular belang malah lari dan berteriak teriak kesakitan.
***
Lupalupa yang berlari ke lorong kiri, terus masuk ke dalam, lorong ini sangat berliku dan cukup licin, tapi berkat tubuhnya yang kecil dan lincah, hal itu bukan masalah bagi Lupalupa. Tapi tiba tiba dia menabrak sesuatu yang besar dan berwarna kuning terang.
“Buk...!!!”
Lupalupa : hah? Apa ini? Dinding gua kah? Tapi rasanya cukup lunak dan licin.
Lupalupa menekan nekan sesuatu tersebut. Tak lama.
Piton : Hi hi hi !!! apa yang kau lakukan, geli.
Ternyata itu si Piton, yang sedang bergelung, dia besar sekali dan panjang, hingga Lupalupa tak menyadari ternyata itu seekor ular.
Lupalupa : wah, ada dinding yang bisa berbicara.
Piton : siapa yang kau sebut dinding, makhluk kecil? Akan kulilit kau sampai remuk.
Lupalupa : Aaaaaa ....!!!!! ada ular besar sekali !!!
Piton lalu langsung menuju Lupalupa untuk melilitnya, tapi Lupalupa yang lincah berkelit dan berkelit terus, piton tak menyerah, dia terus meliuk liukkan badannya yang panjang. Tanpa sadar, badan piton malah terbelit sendiri dan terikat oleh badannya sendiri. Lupalupa melihat itu malah jadi tertawa.
Lupalupa : ha ha ha... kau tampak seperti buntalan kuning yang bodoh, terbelit badanmu sendiri yang panjang, ha ha ha...
Piton : kurang ajar, awas kau jangan lari, kumakan kau...
Lupalupa : silahkan kejar aku kalau bisa, aku harus segera pergi dari sini, aku akan mencari temanku...
***
Di dalam gua...
Derik sedang menyiapkan sebuah kuali besar, untuk memasak makan malam nya, yang tak lain dan tak bukan Mosimosi sebagai bahan makanan utama. Dia menambahkan berbagai macam bumbu sambil sesekali mencicipi, dan mengecap ngecap lidahnya.
Derik : hmmm, sepertinya sudah cukup pas, akan jadi sup yang enak dengan campuran seorang gadis berdaging lembut, seperti kau. (melirik ke Mosimosi). Dimana Belang dan Piton, seharusnya mereka membantuku menyiapkan makan malam ini.
Mukimuki datang seketika dan melihat sekuali besar mengepulkan asap dan Mosimosi yang terikat di stalagmit. Dia menyadari apa yang terjadi dan sangat ketakutan. Tapi dia harus menyelamatkan Mosimosi.
Mukimuki : hei, ular jelek, lepaskan temanku !!!
Derik : Si-siapa kau? Bagaimana kau bisa masuk kemari? Kemana si bodoh Belang dan Piton itu?
Mukimuki : sudah lepaskan saja dia, jangan sakiti dia.
Derik : apa kau menantangku bocah? Ha ha ha terlalu cepat 100 tahun bagimu untuk menantangku, majulah, coba sampai dimana kemampuanmu.
Mukimuki mencoba mendekat, Derik tetap tenang, dia menggerak gerakan ekornya yang ujungnya bulat bulat. Saat Mukimuki semakin mendekat tiba tiba saja Derik menyerang tanpa aba-aba. Untungnya serangannya meleset. Gerakan Derik kembali tenang, ekornya kembali bergerak dan mengeluarkan bunyi berderik. Mukimuki memutar otak, dia menyadari jika gerakan ekor Derik berubah cepat, tanda dia akan menyerang, Mukimuki menunggu kesempatan itu. Ketika gerakan ekor Derik berubah cepat, dia menendang batu yang ada di sekitar situ ke arah muka Derik.
Derik : Aduh !!! sialan kau !!! rasakan ini !!!
Derik kembali menyerang, kali ini Mukimuki lebih sigap dia memutar ke belakang Derik, dan mendorongnya sekuat tenaga ke arah kuali panas itu, seketika Derik tercebur ke kuali panas tersebut, air di kuali tersebut mendadak mendesis, dan mengeluarkan asap banyak sekali.
Derik : Aaaaa....!!!
Kulit derik melepuh terkena air mendidih di kuali itu, Derik berteriak teriak kepanasan, dan menghilang tenggelam di dalam kuali mendidih tersebut.
Mukimuki secepat mungkin melepaskan Mosimosi yang terikat. Mosimosi sedang tak sadarkan diri, lalu Mukimuki menggoncang-goncangkan badan Mosimosi. Tak lama Mosimosi tersadar, dia melihat Mukimuki dan langsung memeluknya dan menangis.
Mosimosi : kukira aku akan mati, terima kasih telah menolongku.
Mukimuki : sudahlah Mosi, yang penting kau selamat, maafkan aku jika akhir akhir ini tak punya waktu untuk bermain denganmu, aku terlalu sibuk dengan kegiatanku, maafkan aku.
Mosimosi : sudahlah, aku juga minta maaf, telah merepotkanmu seperti ini.
Mukimuki : baiklah, artinya kita akan kembali bermain bersama lagi kan?
Mosimosi : ya, ngomong ngomong, apa kah kemari sendirian? Hebat sekali kau?
Mukimuki : ASTAGA, ya ampuuuun aku lupa Gorigori dan Lupalupa...
Sementara itu Gorigori dan Lupalupa masih mencari jalan keluar dari lorong yang mereka masuki tadi.
Tanya Pada Ibu
-
ia seperti tanda bisul kering di pahaku, meninggalkan ruam besar yang
hitam. ibu, ingatkah kau, aku pernah bertanya mengapa anak gemas berkulit
madu d...
4 years ago
mosimosi
ReplyDeletemosimosi
mosimosi
mosimosi