Dreams are renewable. No matter what our age or condition, there are still untapped possibilities within us and new beauty waiting to be born.

-Dale Turner-

Sunday, September 19, 2010

Day #4 "Mukimuki Dan Tuan Katak"



Hari ini hari minggu yang cerah, waktunya bermain sampai puas. Begitu pula dengan Mukimuki, dia sejak pagi sudah mandi dan sarapan. Mukimuki mengenakan pakaian berwarna biru, dengan sepatu kets hitam. Dia berjanji mengajak Mosimosi untuk bermain ke sungai di dekat ladang bawang milik ayahnya, Mosimosi akan datang sekitar pukul 8 pagi, dan sekarang sudah pukul 8 kurang 5 menit.

Mukimuki menunggu di dalam sembari menunggu ibunya menyiapkan bekal untuk makan siang mereka di ladang nanti. Ibunya menyiapkan kue kesukaan Mukimuki yaitu kue kering rasa bawang dan roti isi telur dengan irisan bawang bombay di dalamnya, tak lupa mengisi botol minuman dengan jus jeruk yang menyegarkan.

Tak lama kemudian, pintu diketuk.

Mukimuki : itu pasti Mosimosi, aku membukakan pintu dulu ya bu?

Mumimumi : ya nak, bekalmu juga sudah hampir siap, ibu akan membawakannya ke depan.

Mukimuki berlari ke depan untuk membukakan pintu. Di depan sudah menunggu Mosimosi, dia mengenakan pakaian berwarna hijau dengan pita jingga nya yang selalu menempel di kepalanya, dengan sepatu kets yang juga sewarna dengan pakaiannya dan tas kecil di punggungnya serta botol minum yang tergantung di bahunya.



Mukimuki : hai Mosi, kau sudah siap? Ibuku sedang menyiapkan bekal untukku.

Mosimosi : hai juga, ya baiklah, sepertinya ibumu sudah selesai dengan bekalmu.

Dari dalam Mumimumi datang membawa kotak bekal, dan botol minum untuk Mukimuki.

Mumimumi : Muki dimana tas ransel mu nak?

Mukimuki : di kamarku bu, akan segera kuambil.

Mukimuki bergegas ke kamarnya mengambil tas, dan memasukkan bekal nya ke dalam tas dan mengalungkan botol minumnya di lehernya. Kemudian mereka pun berangkat.

Mukimuki dan Mosimosi : KAMI BERANGKAAAT !!!

Mumimumi : hati hati anak anak, jangan pulang terlalu sore...

***

Sesampainya di ladang bawang, mereka langsung menuju ke pondok di tengah ladang, untuk menyimpan barang bawaan mereka. Terlihat di ladang ayah Mukimuki sedang bekerja.

Mukimuki : hai ayah, kami datang untuk bermain dan menangkap ikan di sungai.

Mupamupa : hai anak anak, bersenang senanglah.

Setelah menyimpan barang bawaan mereka, mereka menuju sungai yang terletak tak jauh dari ladang. Sungai tersebut sangatlah jernih, karena penduduk Morophia sangatlah sadar akan kebersihan alam sekitar, mereka menyadari alam telah memberikan segalanya pada mereka, oleh karena itu mereka membalasnya dengan menjaga lingkungan sekitar, salah satunya tidak membuang sampah di sungai.

Di sungai Mukimuki dan Mosimosi mencoba menangkap ikan dengan menggunakan pancingan dan jaring yang mereka ambil dari pondok tadi. Tapi dasar anak anak, mereka malah bermain air dan saling menciprat-cipratkan air sungai. Sesekali mereka berkejaran di aliran air sungai yang tak terlalu deras.


Tak lama datanglah seekor katak yang berukuran cukup besar. Dialah penjaga daerah sekitar sini termasuk sungai ini. Dialah yang memastikan tak ada yang membuang sampah di sungai dan juga menangkap ikan dengan menggunakan racun dan peledak.

Tuan Katak : hai anak anak, apa yang sedang kalian lakukan di sungai ku?

Mosimosi : uhm... siapa kau wahai katak besar?

Tuan Katak : aku tinggal di sekitar sini, dan menjaga sungai ini, orang orang biasa memanggilku Tuan Katak.

Mukimuki : aku Mukimuki dan ini temanku Mosimosi, apakah kami menganggumu Tuan Katak?

Tuan Katak : Ho ho ho !!! tenang saja anak anak, kalian tidak mengganggu ku, aku hanya sedang bosan sehingga berjalan jalan saja di sekitar sini, apakah kalian sedang menangkap ikan?

Mukimuki : ya kami menangkap ikan, hanya saja sepertinya ikan itu menjauh dari kami.

Tuan Katak : Ho ho ho !!! ternyata kau tak terlalu pandai menangkap ikan rupanya,baiklah akan kuajari kalian menangkap ikan.

Mosimosi : benarkah Tuan Katak? Terima kasih.

Tuan Katak mengajari mereka menangkap ikan, pertama mereka diajak ke hulu sungai yang menurutnya banyak ikannya, kemudian mengajari memasang kail pancing dengan benar, juga bagaimana menangkap ikan hasil pancing dengan menggunakan jaring, sehingga ikan tersebut tidak kembali lepas ke sungai.

Dalam waktu singkat saja keranjang mereka sudah penuh dengan ikan ikan segar.

Mosimosi : Tuan Katak, kau memang hebat, lihat ikan yang kita dapat banyak sekali, ini cukup untuk dimakan seluruh penduduk desa.

Tuan Katak : Ho ho ho !!! aku memang hebat (dia tertawa bangga sambil memegangi perutnya yang besar), bagaimana jika kita bakar ikan ikan ini di rumahku anak anak?

Mukimuki : Ide bagus Tuan Katak, dimana rumahmu? Aku sudah lapar (mengelus elus perutnya)

Tuan Katak : Ho ho ho !!! tak jauh dari sini, di seberang sungai itu, mari kita kesana?

Mereka bertiga akhirnya menuju rumah Tuan Katak. Di seberang sungai tersebut terdapatlah sebuah rumah mungil berwarna hijau seperti kulit Tuan Katak. Begitu sampai Tuan Katak segera menyiapkan peralatan untuk membakar ikan ikan lezat tersebut.

Tuan Katak : Mukimuki tolong carikan kayu bakar di belakang rumahku, sepertinya banyak ranting dan dahan kering di sana. Dan kau Mosimosi tolong kau bersihkan ikan ikan ini, aku akan mengambil peralatan untuk membakar di dalam rumahku.

Mukimuki dan Mosimosi : Baik Tuan Katak (mereka mengerjakan tugasnya masing-masing)

Setelah siap Tuan Katak langsung menyalakan api menggunakan kayu bakar yang diambil Mukimuki, dan membakar ikan-ikan yang telah dibersihkan Mosimosi. Bau yang sangat sedap langsung menguar dari ikan-ikan yang dibakar tersebut.

Mukimuki : wow, harum sekali bau ikan ikan bakar ini, aku tak sabar untuk menyantapnya.

Mosimosi : sabarlah sedikit Muki, dasar kau ini rakus sekali.

Mukimuki : enak saja, kau bilang aku rakus, awas kau nanti kubalas.

Tuan Katak : Ho ho ho, sabarlah nak, sebentar lagi ikan ikan ini siap

Benar saja, sebentar saja ikan ikan itu telah siap untuk disantap. Mereka dengan lahap menyantap ikan ikan itu, terutama Mukimuki yang sangat lahap dan banyak sekali mengambil ikan tersebut ke piringnya.

Mosimosi : lihat Tuan Katak, sudah kubilang kan Mukimuki ini sangat rakus, lihat saja piringnya saja penuh ikan seperti itu, aku akan heran jika perutnya tidak meledak karena terlalu banyak makan ikan?

Mukimuki : kau ini terus saja meledekku, apa urusanmu jika perutku meledak ?

Mosimosi : tidak, hanya saja aku kadang heran dengan selera makanmu yang seperti tidak makan satu tahun.

Tuan Katak : Ho ho ho !!! sudah sudah anak anak jangan bertengkar, nikmati saja ikan ini, lezat bukan ikan ikan dari sungaiku ?

Mukimuki : ya Tuan Katak, bagaimana mereka bisa sangat lezat seperti ini ?

Tuan Katak : ikan ikan ini sangat lezat karena mereka hidup di sungai yang bersih, dan terawat seperti sungai ku itu, oleh karena itu anak anak, kalian harus terus menjaga kebersihan sungai dan alam sekitar kita ini, jika kita merawat dan menjaga alam, alam akan membalas kebaikan kita juga dengan menyediakan ikan yang lezat, air yang bersih dan tanaman tanaman yang tumbuh subur. Begitu pula jika kalian merusak alam, alam akan membalas kalian dengan banjir dan bahkan tanaman akan layu. Untuk itulah aku selalu mengawasi sungai dan alam sekitar sini.

Mosimosi : baik Tuan Katak kami akan selalu menjaga alam sekitar.

Mukimuki : ya Tuan Katak, aku pasti akan menjaga alam agar aku selalu bisa menikmati ikan yang lezat seperti ini.

Mosimosi : kau ini makanan saja yang dipikirkan, dasar gembul !!!

Mukimuki : apa kau bilang !!!

Tuan katak : Ho ho ho, jangan mulai bertengkar anak anak, ayo kita segera habiskan ikan ikan ini. Dan ingat lah agar selalu menjaga alam demi ikan ikan ini. Ho ho ho !!!

Akhirnya mereka menghabiskan ikan ikan lezat itu, dan langsung saja mereka tertidur di rumah Tuan Katak akibat kekenyangan. Mereka sama sekali lupa dengan bekal makanan mereka yang telah disiapkan Ibu Mukimuki dan nenek Mosimosi di pondok di tengah ladang tadi.

Ingatlah Alam Selalu Memberi Untuk Kita, Oleh Karena Itu Jagalah Alam Selalu...

No comments:

Post a Comment