kini giliranku untuk mengucapkan selamat tinggal kepada kawan yang tak kukenal sebelumnya
aku sadar akan adanya sebuah perpisahaan disaat ku memutuskan untuk memulai sebuah pertemuan
masa itu, waktu itu, saat itu semuanya begitu berarti
menjadi sebuah tempat sampah dan sebuah wadah
dipaksa berpikir untuk sesuatu yang benar benar tak terpikir
menggali kedalaman otak untuk menghasilkan sesuatu
mengarang bebas demi tercapainya sebuah tujuan meskipun kadang tanpa konsep dan aturan yang terbengkalai
aku tertawa sendiri jika sadar apa yang kulakukan memang tanpa hasil
aku terkikik menahan geli jika memang menjadi sebuah pelarian dari rumitnya pikiran
aku memang belum bisa menjadi yang terbaik
kadang merasa malu jika membandingkan diri dengan teman seperjuangan yang lebih diatas segala-galanya
tapi aku tak peduli, semua ini bukan demi orang lain, bukan demi sebuah pujian atau sebuah komentar atau bahkan sebuah penghargaan
aku termasuk yang egois, jadi aku yakin aku tak akan mendengarkan ledekan mereka atas apa yang kucipta
aku termasuk cuek, aku hanya memikirkan diriku sendiri, aku berkarya untuk diriku sendiri atau bahkan menguji diriku sendiri
segala hambatan memang ada, tapi apa aku menyerah? tidak.
aku yakin aku mampu
30 hari sudah semua kujalani dengan segala macam ceritanya sendiri
apa kita akan dipertemukan kembali?
apa takdir akan memberikan kesempatan untuk kembali pada kami?
aku tak tahu, tak ada yang tahu
biarkan semua memiliki pikiran sendiri
seperti aku menulis untuk diriku sendiri
No comments:
Post a Comment